
Karawang – Di tengah maraknya isu kemandirian ekonomi lembaga keagamaan, Pondok Pesantren Idrisiyyah tampil beda. Mereka membangun usaha peternakan ayam sebagai mesin ekonomi untuk membiayai dakwah dan pembangunan pesantren bukan untuk keuntungan pribadi.
Hal ini ditegaskan langsung oleh H. Anwar, salah satu penggerak utama, saat ditemui di Masjid Jami’ Al-Muwasyidin usai menghadiri kegiatan Maulid Nabi, Sabtu (27/9/2025). “Hasil daripada kandang ini bukan untuk pribadi. Semuanya untuk dakwah dan pembangunan pondok pesantren,” ujarnya.
Delapan Kandang Sudah Beroperasi
Tak tanggung-tanggung, delapan kandang ayam sudah berjalan aktif di Dusun Kalenjaya, Desa Kertamukti, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang. Usaha ini sejalan dengan pembangunan Masjid Jami’ Al-Muwasyidin, dan kini tengah disiapkan ekspansi ke Desa Rawasari dan Desa Waluya Kecamatan Kutawaluya.
Akbar Muhammad Faturohman, pengelola lainnya, memastikan semua dijalankan berdasarkan instruksi guru mereka. “Ini bukan usaha seperti orang dagang biasa yang mengejar keuntungan pribadi. Sejak awal kami komit, sebagian besar hasilnya untuk dakwah,” tuturnya.
Dampak Nyata ke Masyarakat
Yang menarik, keuntungan usaha ini tak hanya menghidupi pesantren, tapi juga mengalir ke warga sekitar. “Setiap panen ada kompensasi untuk masyarakat. Kalau ada kegiatan keagamaan, kami ikut berkontribusi,” jelas H. Anwar.
Warga mendapat manfaat sosial, bantuan kegiatan keagamaan, dan dukungan ekonomi lokal.
Dakwah Butuh Dana, Bukan Sekedar Semangat
H. Anwar tak menutup mata bahwa perjuangan agama membutuhkan sokongan finansial. “Berjuang untuk agama itu perlu biaya. Tanpa finansial, dakwah dan pembangunan tidak bisa berjalan,” tegasnya.
Model kemandirian ini menjadi jawaban atas tantangan lembaga keagamaan yang selama ini bergantung pada donatur.
Bagian dari Sistem Ekonomi Dakwah Idrisiyyah
Pesantren Idrisiyyah dikenal memiliki sistem dakwah ekonomi terpadu mulai dari unit umrah, pusat dakwah, hingga pemberdayaan masyarakat. Peternakan ayam menjadi salah satu fondasi baru yang memperkuat visi besar tersebut.
Menariknya, semangat ini juga lahir dari pesan keluarga. “Ibu saya berpesan agar apa yang ada dipakai untuk dakwah. Itu yang saya jalankan,” ungkap H. Anwar.
Menuju Kemandirian Umat
Dengan pendekatan spiritual, sosial, dan ekonomi, usaha peternakan ini diproyeksikan menjadi penopang dakwah jangka panjang sekaligus penguat kesejahteraan masyarakat.
Model seperti ini bisa menjadi inspirasi bagi pesantren lain. Mandiri secara finansial, kuat secara dakwah, dan hadir nyata untuk umat.
Penulis: Alim