Dugaan Malpraktik RS Hastien Meledak ke Publik: Pasien Meninggal Dua Hari Setelah Operasi, Gibas Jaya Ancam Laporkan ke APH

0
Caption: Dugaan Malpraktik RS Hastien Meledak ke Publik: Pasien Meninggal Dua Hari Setelah Operasi, Gibas Jaya Ancam Laporkan ke APH

Karawang – Gelombang amarah masyarakat Karawang kembali membuncah. Mursiti, warga Kampung Pamahan RT 01/RW 01, Desa Sumberurip, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, meninggal dunia hanya dua hari setelah menjalani operasi pengangkatan benjolan di RS Hastien Rengasdengklok. Tragedi ini bukan hanya mengguncang kepercayaan publik, tetapi juga membuat organisasi Gibas Jaya turun gunung.

Sekjen DPP Gibas Jaya, Agus Basuki, dengan lantang menyebut adanya dugaan kuat kelalaian medis dan penelantaran pasien. Ia menilai tindakan rumah sakit tidak mencerminkan standar pelayanan kesehatan, terlebih operasi yang dijalani korban tergolong besar.

“Setelah operasi tidak ada tindakan rawat inap. Ini menurut kami adalah bentuk penelantaran,” tegas Agus, Sabtu (11/10/2025).

Yang lebih mengejutkan, korban langsung dipulangkan setelah operasi dan hanya bertahan dua hari sebelum mengembuskan napas terakhir. Dari rekaman video dan keterangan yang dikumpulkan Gibas Jaya, dugaan malpraktik disebut bukan sekedar asumsi.

“Dari video yang kita lihat dan amati, ada indikasi murni malpraktik. Tindakan rumah sakit ini seakan-akan sudah tidak profesional lagi, dan kejadian seperti ini sering terjadi di Karawang,” kritik Agus.

Gibas Jaya tak tinggal diam. Mereka tengah menyiapkan audiensi resmi dengan manajemen RS Hastien dan membuka opsi langkah hukum jika ditemukan pelanggaran pidana.

“Kalau benar ada penghilangan nyawa seseorang akibat malpraktik, kami akan dorong ke APH agar ada tindakan tegas terhadap rumah sakit yang seenaknya menangani pasien. Apalagi kalau pasien memakai fasilitas BPJS, jangan sampai diperlakukan semena-mena,” tandasnya.

Hingga berita ini diturunkan, pihak RS Hastien masih bungkam. Tidak ada klarifikasi, tidak ada permintaan maaf, tidak ada penjelasan. Sementara tekanan publik terus menguat, keluarga korban menuntut keadilan, dan warga Karawang menunggu aksi nyata.

Kini bola panas berada di tangan otoritas kesehatan dan aparat penegak hukum. Pertanyaannya jelas, akan bergerak atau memilih diam hingga tragedi berikutnya terjadi?

Penulis: Alim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini