BEKASI | ULASBERITA.CLICK | Di balik bangunan tua yang nyaris roboh, harapan-harapan kecil terus bergelora. Di SDN Telajung 04, Kecamatan Cikarang Barat, puluhan siswa setiap hari menempuh pembelajaran di bawah bayang-bayang bahaya. Mereka belajar dan bermain bukan di ruang yang layak, melainkan di antara retakan tembok dan atap yang rapuh, tempat di mana mimpi bisa runtuh kapan saja, jika pemerintah tak segera bertindak.
“Menunggu sebuah bukit bukan menunggu sepenggal janji yang terlontar…” kata seorang perwakilan warga. Kalimat itu bukan sekadar metafora. Di baliknya ada jeritan hati masyarakat yang merindukan kehadiran negara dalam bentuk nyata: pembangunan yang menyentuh langsung kehidupan anak-anak, bukan janji manis yang menguap di udara.
Aliansi masyarakat yang tergabung dalam Ikatan Peduli Lingkungan (IKAPUD), Pemuda Pancasila, Gerakan Indonesia Bersatu (GIBAS), dan Prabu Peduli Lingkungan simpul Cikarang Barat telah lama menyuarakan aspirasi. Namun hingga kini, Gerakan Peduli Lingkungan yang digagas belum kunjung menunjukkan realisasi. “Kami butuh aksi, bukan sekadar wacana,” ujar salah satu aktivis, Sabtu (26/7).
Masa depan anak-anak SDN Telajung 04 kini menjadi taruhan. Nasib mereka menggantung di ujung perhatian para pemegang kebijakan. Di ruang kelas yang ringkih, mereka menuliskan cita-cita besar. Tapi apa arti cita-cita, jika tempat menuliskannya saja tak aman?
Warga meminta Pemerintah Kabupaten Bekasi, khususnya Dinas Pendidikan dan instansi terkait, untuk tidak menutup mata. Ini bukan hanya soal bangunan, tetapi tentang masa depan generasi penerus bangsa.
“Kami tidak meminta istana megah. Kami hanya ingin tempat yang layak untuk anak-anak kami belajar dan tumbuh,” pungkas perwakilan aliansi.
Penulis: Alim