Karawang – Kekecewaan mendalam dirasakan Edy Naedy, orang tua siswa kelas VII SMPN 5 Karawang, usai klarifikasi terkait dugaan tindak kekerasan yang menimpa anaknya. Guru yang diperintahkan kepala sekolah untuk mendatangi rumahnya bersama wali kelas dan guru BP, ternyata tak kunjung datang.
“Tidak, tidak ada datang ke rumah sama sekali. Padahal saya sudah menunggu sampai malam,” ungkap Edy dengan nada getir, Selasa (23/9/2025).
Edy menilai sikap tersebut sebagai bentuk pelecehan terhadap arahan kepala sekolah sekaligus pengabaian terhadap keresahan orang tua korban. “Saya sudah menunggu, tapi nggak ada. Kecewa berat saya,” tegasnya.
Meski demikian, Edy masih berupaya menahan diri. Ia memilih memberi kesempatan pihak sekolah untuk menyelesaikan persoalan ini secara internal, sebelum melangkah lebih jauh ke jalur hukum. “Kalau memang nggak ada penyelesaian, ya boleh deh nanti lanjut ke aparat hukum, buat laporan,” ujarnya.
Namun yang paling mengkhawatirkan, kondisi sang anak semakin terpuruk. Trauma mendalam membuatnya enggan kembali ke sekolah. “Harapan saya, anak saya bisa sekolah lagi, pikirannya bisa kembali pulih. Karena sekarang sudah trauma, dibujuk dengan segala macam cara tetap tidak mau sekolah,” jelas Edy.
Bahkan, sang anak menolak jika diarahkan untuk pindah ke sekolah lain. “Belum ada jawaban, dia juga nggak mau. Intinya sekarang sudah nggak mau sekolah lagi. Mungkin nanti katanya mau ke pesantren,” tambahnya.
Kasus ini menambah panjang daftar sorotan publik terhadap SMPN 5 Karawang. Dugaan kekerasan fisik yang belum tuntas kini diperparah dengan janji pihak sekolah yang diingkari. Situasi tersebut dikhawatirkan dapat memperburuk kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan, jika tidak segera diselesaikan secara transparan dan tuntas.
Penulis: Alim