“Karawang Kota Industri, Tapi Kami yang di Sini Malah Terpinggirkan” Jeritan Pelaku Percetakan Lokal yang Kini Terpuruk

0
Caption: "Karawang Kota Industri, Tapi Kami yang di Sini Malah Terpinggirkan" Jeritan Pelaku Percetakan Lokal yang Kini Terpuruk

Karawang – Di tengah geliat industri besar yang terus berkembang pesat di Kabupaten Karawang, ada suara-suara kecil dari pelaku usaha lokal yang perlahan mulai tenggelam. Salah satunya datang dari sektor percetakan, sektor yang selama ini justru menjadi pendukung vital dalam kebutuhan operasional perusahaan.

PUJA GRAFIKA, percetakan yang berlokasi di ruko Pasar Rawasari, Jalan Arif Rahman Hakim (Niaga), Karawang, menjadi gambaran nyata betapa beratnya perjuangan pelaku UMKM bertahan hidup di tengah megahnya kawasan industri.

Nendro, yang akrab disapa Endo, pemilik percetakan tersebut, angkat suara mewakili pelaku usaha percetakan lainnya. Ia menyampaikan kegelisahannya kepada Bupati Karawang H. Aep Saepulloh dan Ketua DPRD H. Endang Sodikin.

“Usaha kami sedang tidak baik-baik saja, Pak. Banyak teman-teman pelaku usaha percetakan terpaksa mengurangi jam operasional, merumahkan karyawan, bahkan menutup usahanya karena tidak ada pekerjaan. Ini menyedihkan,” kata Endo, Kamis (7/8).

Ironisnya, kondisi ini terjadi di Karawang, kota yang dikenal sebagai pusat industri terbesar di Indonesia. Namun geliat ekonomi besar tersebut justru belum terasa manfaatnya bagi pengusaha percetakan lokal.

“Kalau soal kualitas, kami siap bersaing. Cetakan kartu nama, nota, spanduk, papan nama, semua bisa kami kerjakan dengan kualitas terbaik. Bahkan dari segi harga, kami lebih kompetitif karena biaya produksi kami lebih efisien. Tapi tetap saja, kami tidak diberi ruang,” jelasnya.

Endo menuturkan bahwa mayoritas perusahaan besar di Karawang justru mencetak kebutuhannya di luar daerah. Padahal, kantor dan aktivitas mereka berada di Karawang.

“Perusahaannya di Karawang, industrinya di Karawang, operasinya juga di Karawang, tapi cetaknya malah di luar Karawang. Seolah-olah kami ini tidak ada,” tambahnya dengan nada kecewa.

Melalui pernyataan ini, Endo dan para pelaku usaha percetakan di Karawang memohon kepada Pemerintah Daerah untuk hadir sebagai jembatan. Mereka berharap adanya mediasi antara perusahaan-perusahaan besar dengan pelaku usaha lokal agar tercipta kerja sama yang saling menguntungkan.

“Kami tidak minta belas kasihan. Kami hanya minta kesempatan. Tunjukkan bahwa Karawang tidak hanya tumbuh secara fisik, tapi juga tumbuh secara adil untuk semua warganya,” tegas Endo.

Ia yakin, jika perusahaan, pemerintah, dan pelaku usaha lokal bisa bersinergi, maka akan tercipta efek domino positif bagi perekonomian daerah.

“Ketika UMKM lokal bergerak, perekonomian rakyat ikut hidup. Jangan sampai Karawang hanya jadi rumah industri yang tidak ramah pada penghuninya sendiri,” tutupnya penuh harap.

Seruan ini menjadi alarm penting bagi Pemerintah Daerah agar tak hanya berbangga pada label “Kota Industri”, tapi juga memastikan bahwa keberadaan industri tersebut mampu menghidupi dan memberdayakan masyarakat lokal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini