Karawang – Ketua Karang Taruna Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Warpi, meluruskan sejumlah informasi yang berkembang terkait proyek PT Waskita Karya. Ia menyebut ada beberapa pemberitaan yang kurang tepat sehingga perlu diklarifikasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
Upah Pekerja Belum Dibayarkan Resmi
Warpi mengatakan, isu pembayaran pekerja sebesar Rp125 ribu hingga Rp150 ribu per hari muncul dari keterangan sejumlah warga yang mengaku telah menerima upah melalui pihak tertentu. Namun secara resmi, PT Waskita Karya baru akan melakukan pembayaran pada 30 September 2025.
“Kalau kesannya semua pekerja sudah digaji oleh Waskita, itu tidak tepat,” tegas Warpi, Senin (29/9/2025).
Istilah Pengamanan Alat Berat Tidak Tepat
Menanggapi istilah “biaya lintas” atau pengamanan alat berat, Warpi menegaskan bahwa yang dimaksud adalah jasa pengawalan. Pengawalan melibatkan mitra lokal di tiap wilayah untuk memastikan kelancaran mobilisasi alat berat, mulai dari penataan kabel, pemangkasan pepohonan, hingga pengaturan lalu lintas.
“Kalau perlu, dokumentasi berupa foto dan video bisa kami tunjukkan,” ujarnya.
Anggaran Pengawalan Hasil Negosiasi
Warpi juga menjelaskan bahwa biaya Rp2 juta hingga Rp2,5 juta per unit alat berat berasal dari hasil negosiasi dengan pihak Waskita Karya. Nilai awal sempat dibahas Rp3 juta, lalu disepakati Rp2,5 juta, dan terakhir disesuaikan menjadi Rp2 juta karena jumlah unit bertambah menjadi dua hingga tiga.
“Rekap data yang masuk ke Karang Taruna tetap Rp2 juta per unit,” jelasnya.
Perekrutan Libatkan Tiga Desa
Ia membantah anggapan bahwa perekrutan tenaga kerja hanya dari Desa Pusakajaya Utara. Menurutnya, sejak awal telah disepakati bahwa tiga desa terlibat, yakni Pusakajaya Utara, Pusakajaya Selatan, dan Kosambibatu.
“Memang sempat terjadi miskomunikasi dan kecemburuan sosial, tapi pekerja dari tiga desa sudah ikut,” katanya.
Bantah Isu “Pekerja Siluman”
Warpi menepis tudingan adanya pekerja siluman dalam proyek tersebut. Ia menegaskan bahwa PT Waskita Karya memiliki SOP ketat yang mewajibkan seluruh pekerja hadir di lokasi.
“Tidak ada pekerja siluman. Kalau bekerja, mereka harus hadir di lokasi sesuai SOP,” ujarnya.
Ia juga menyatakan siap memberikan klarifikasi terbuka jika dibutuhkan. “Tudingan-tudingan seperti itu tidak benar dan bisa saya buktikan,” tegasnya.
Ajak Masyarakat Terlibat dan Jaga Kondusivitas
Warpi berharap semua unsur masyarakat dapat terlibat dalam mendukung kelancaran proyek Waskita Karya agar tidak ada pihak yang merasa dikesampingkan.
“Kami berharap tokoh masyarakat dan warga lokal ikut menjaga kondusivitas. Jangan sampai ada yang merasa diasingkan atau dipinggirkan,” tuturnya.
Karang Taruna, lanjut Warpi, siap mendukung pengamanan dan kelancaran proyek melalui pemberdayaan potensi lokal, termasuk sektor logistik dan material, dengan tetap berkoordinasi lintas desa.
“Kita harus bergandeng tangan menjaga stabilitas keamanan, dan warga lokal bisa dikaryakan sesuai bidang masing-masing,” ungkapnya.
Ia menegaskan pentingnya kerja sama dengan pemerintah desa, aparat kepolisian, dan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan secara kolektif dan menjaga situasi tetap kondusif.
Penulis: Alim