Mandor Proyek Dianiaya Preman di Kotabaru, Diduga Akibat Tolak “Uang Koordinasi”

0
Caption: Bonet Mandor Proyek Dianiaya Preman di Kotabaru, Diduga Akibat Tolak “Uang Koordinasi”

KARAWANG | ULASBERITA.CLICK | Aksi premanisme kembali mencoreng wajah proyek pembangunan daerah. Seorang mandor proyek pengecoran jalan, Bonet, dianiaya secara brutal oleh orang tak dikenal saat sedang mengawasi pekerjaan malam di Dusun Sukamulya, RW 009, Desa Pucung, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Karawang. Serangan tersebut terjadi di tengah aktivitas pekerjaan yang seharusnya menjadi zona aman bagi seluruh pekerja.

Motif kekerasan ini mengarah pada pemerasan berkedok “uang koordinasi” atau “uang lingkungan”, istilah halus yang selama ini dipakai untuk memaksa para pelaksana proyek menyerahkan uang demi keamanan fiktif. Bonet menjadi korban karena diduga menolak permintaan tersebut.

Pelaku datang dengan santai, menanyai beberapa pekerja, lalu tiba-tiba mengamuk dan melayangkan pukulan ke tubuh Bonet, menyebabkan luka-luka dan lebam di beberapa bagian. Tindakan ini bukan hanya kriminal, tetapi bentuk nyata teror terhadap para pekerja konstruksi.

Andi, pelaksana proyek yang dikenal dengan sapaan Ustadz Beton, menegaskan bahwa kejadian ini bukan insiden pertama. “Ini kejadian kedua di wilayah Kotabaru. Mandor saya sebelumnya, Ucok, juga pernah jadi korban kekerasan. Sekarang Bonet. Ini bukan lagi insiden, ini pola kekerasan sistemik!” tegasnya saat diwawancarai pada Sabtu (5/7/2025).

Ia menyebut kejadian ini sebagai premanisme berkedok masyarakat, yang harus segera ditindak oleh aparat. “Saya tidak akan tinggal diam. Ini sudah terlalu keterlaluan. Kami akan bawa kasus ini ke jalur hukum agar pelaku dijerat pidana. Jangan sampai proyek pembangunan jadi ladang pemalakan,” ujar Ustadz Beton dengan nada geram.

Somantri, salah satu pekerja yang berada di lokasi, turut menjadi saksi. Ia mengaku pelaku bahkan sempat menantangnya dengan ucapan bernada ancaman dalam bahasa Sunda: “Iyeu fotokeun aing mun teu seneng mah,” yang berarti, “Foto saja kalau kamu tidak suka.” Kalimat ini mengindikasikan bahwa pelaku merasa kebal hukum dan tidak takut diketahui identitasnya.

Langkah hukum akan segera ditempuh oleh pihak proyek. Laporan rencananya dilayangkan ke Polsek Kota Baru Karawang. Harapannya, Polsek bersama Satgas Anti-Premanisme Polres Karawang dapat segera bertindak cepat dan tegas.

“Kalau aparat lamban, maka aksi kekerasan akan terus berulang. Para oknum ini sudah merasa bebas menekan, mengintimidasi, bahkan melukai pekerja yang menolak menyetor uang. Kami minta ketegasan! Tidak boleh ada satu pun yang merasa lebih tinggi dari hukum,” tutup Ustadz Beton.

Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi penegakan hukum lokal, sekaligus seruan darurat untuk memberantas jaringan pemalakan yang menyusup ke proyek-proyek pembangunan desa. Jika dibiarkan, kekerasan bukan hanya akan terus terjadi, tetapi juga akan menjadi budaya gelap yang membunuh harapan pekerja mencari nafkah secara aman.

Penulis: Alim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini