Petani Karawang Geruduk DPRD, Keluhkan SP36 Hilang, Pengairan Amburadul, dan Dampak Pertamina

0
Caption: Petani Karawang Geruduk DPRD, Keluhkan SP36 Hilang, Pengairan Amburadul, dan Dampak Pertamina

Karawang – Puluhan petani dari berbagai wilayah di Kabupaten Karawang mendatangi Gedung DPRD setempat pada Jumat (3/10/2025). Mereka menyuarakan keresahan terkait merosotnya sektor pertanian, hilangnya pupuk SP36, proyek yang tak berpihak kepada warga lokal, hingga dampak lingkungan dari aktivitas Pertamina.

Aksi yang digelar menjelang salat Jumat itu disertai desakan agar anggota DPRD, terutama Komisi II, segera turun menemui massa.

“Dewan ada tidak? Dewan Komisi II ada tidak? Kalau mau menemui kami sebagai petani, segera. Karena sebentar lagi Jumatan,” teriak salah satu orator dari balik pagar gedung dewan.

Produktivitas Turun Drastis Akibat SP36 Dicabut

Para petani memprotes penghentian distribusi pupuk SP36 sejak 2022. Mereka menyebut, tanpa pupuk tersebut hasil panen menyusut hingga separuh.

“Biasanya 1 hektare bisa 8 ton. Sekarang paling 3 atau 4 ton, itupun yang bagus,” ungkap mereka.

Tak hanya itu, petani mengaku harus terus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli obat-obatan penyakit tanaman.

“Kasihan Pak, petani selalu mengulang-ulang beli obat ini, obat itu demi menyelamatkan padi,” keluh seorang warga.

Irigasi Tak Terurus, Lahan Digarap Orang Luar

Karawang yang dikenal sebagai lumbung padi nasional dinilai kini kehilangan arah. Petani menuding sistem pengairan tak terkelola dengan baik dan lahan-lahan pertanian banyak dikuasai pihak luar daerah.

“Dulu pengairannya jelas, sekarang acak-acakan. Banyak penggarap dan proyek malah dikuasai orang luar, bukan orang Karawang,” ujar seorang orator menegaskan.

Pertamina Dituding Jadi Pemicu Masalah

Selain soal pupuk dan irigasi, keberadaan proyek dan sumur minyak Pertamina juga menuai sorotan tajam. Alih-alih memberi manfaat bagi warga sekitar, para petani menilai aktivitas perusahaan malah menimbulkan persoalan baru.

“Pertamina bukannya jadi apa-apa, malah jadi tempat tikus bersarang. Banyak penyakit, masyarakat bukan disejahterakan malah dikasih penyakit,” ucap peserta aksi.

Mereka mempertanyakan minimnya dampak ekonomi bagi warga sekitar eksplorasi minyak.

“Sumur-sumur Pertamina banyak, tapi masyarakat tidak merasakan apa-apa. Ini ada apa?” cetusnya.

Minta Dewan Turun, Bukan Tutup Mata

Para petani menegaskan bahwa mereka datang untuk meminta solusi, bukan sekadar orasi.

“Sekarang malah merosot, tolong Pak perhatikan lagi. Kami tunggu kehadiran Pak Dewan untuk menemui kami,” tutup orator sebelum meninggalkan pengeras suara.

Hingga aksi berlangsung, massa masih menanti kedatangan anggota DPRD di depan pagar utama gedung.

Penulis: Alim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini