BEKASI | ULASBERITA.CLICK | Potret buram pelayanan publik kembali terpampang nyata di Pasar Cikarang. Tumpukan sampah yang membusuk selama berhari-hari dibiarkan menggunung di satu titik, tanpa penanganan, meski pungutan iuran kebersihan terus berjalan.
Aroma busuk menusuk hidung, lalat beterbangan, namun tak satu pun petugas terlihat turun tangan. Pedagang dan warga yang kesehariannya menggantungkan hidup di pasar ini makin gerah dengan kondisi tersebut.
“Iuran kebersihan mah tiap hari ditagih, tapi sampah ya itu-itu aja, kayak dekorasi pasar, cuma baunya nyiksa,” keluh seorang warga yang enggan disebutkan namanya, Jumat (4/7).
Kemarahan pun meluas. Ketua DPD Asosiasi Keluarga Pers Indonesia (Akpersi) Jawa Barat, Ahmad Syarifudin, C.BJ., C.EJ., menyebut situasi ini sebagai bentuk pengkhianatan terhadap rakyat kecil.
“Kalau petugas cuma rajin nagih iuran tapi abai angkut sampah, itu bukan pelayanan, itu pemalakan!” tegas Ahmad.
Ia juga menyorot kontras antara semangat Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang gencar membersihkan wilayah kumuh, dengan kinerja DLH Kabupaten Bekasi dan UPTD Pasar yang dinilainya justru mencoreng upaya gubernur.
“Gubernur kerja keras, bawahannya malah tidur di atas tumpukan sampah. Ini sabotase terhadap program bersih-bersih Jawa Barat,” imbuhnya.
Tak berhenti pada kritik, Akpersi Jabar berencana mengusut penggunaan dana iuran sampah di Pasar Cikarang. Jika ditemukan indikasi penyelewengan, mereka siap membawa kasus ini ke ranah hukum dan mendesak DPRD Bekasi untuk memanggil pihak-pihak terkait.
“Kami tak hanya bicara. Kami bergerak. Uang rakyat itu sakral, bukan untuk dipermainkan,” tandas Ahmad.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak DLH Kabupaten Bekasi dan UPTD Pasar Cikarang belum memberikan tanggapan. Sementara itu, tumpukan sampah tetap menjadi simbol kelumpuhan birokrasi dan matinya kepedulian.
Penulis: Alim