CIANJUR | ULASBERITA.CLICK | Puluhan warga Dusun Bobojong, Desa Waringinsari, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur, akhirnya mengambil langkah ekstrem, memperbaiki sendiri jalan rusak parah yang selama bertahun-tahun dibiarkan tanpa sentuhan perbaikan dari pemerintah desa. Dengan alat seadanya, batu, dan semen hasil swadaya, warga bergotong royong demi akses jalan yang layak, hak dasar yang semestinya menjadi tanggung jawab negara.
Aksi ini merupakan bentuk keputusasaan sekaligus protes terbuka warga terhadap pembiaran jalan utama penghubung antardusun yang kian membahayakan, terutama saat musim hujan. Jalan yang berada di lereng perkampungan tersebut sudah lama dalam kondisi rusak berat dan licin, namun tak pernah mendapat perhatian dari pihak desa.
“Sudah bertahun-tahun jalan ini dibiarkan rusak. Kami sudah bosan dengan janji-janji yang tak pernah ditepati,” kata salah satu warga yang terlibat dalam aksi perbaikan, Senin (7/7/2025).
Yang lebih menyakitkan, Kepala Desa Waringinsari tak terlihat batang hidungnya saat warganya berjibaku memperbaiki jalan demi keselamatan bersama. Tak ada bantuan alat, bahan, apalagi dukungan moral. Menurut warga, pihak desa sudah berkali-kali diadukan, namun tak kunjung ada realisasi apa pun.
“Kami sudah mengadu ke desa. Tapi selalu dijanjikan. Tidak pernah ditepati. Sekarang kami perbaiki sendiri, karena ini satu-satunya akses untuk sekolah, kerja, dan berobat,” ujarnya.
Ketidakhadiran pemerintah desa dalam urusan vital seperti ini menuai kekecewaan mendalam. Warga menilai, sikap Pemdes Waringinsari merupakan bentuk nyata dari kelalaian dan pengabaian terhadap kebutuhan paling dasar masyarakat, infrastruktur yang layak.
Warga kini menaruh harapan pada pemerintah kecamatan dan kabupaten agar segera turun tangan, mengevaluasi kinerja pemerintah desa, dan mengambil tindakan tegas atas pembiaran yang sudah berlangsung terlalu lama.
“Jangan cuma datang saat musim pemilu. Kami butuh jalan, bukan janji,” tegas seorang warga lainnya.
Kejadian ini menjadi cermin buram lemahnya respons dan empati pemerintah desa terhadap rakyatnya sendiri. Saat masyarakat harus memperjuangkan haknya dengan keringat dan swadaya, pertanyaan besar pun muncul, untuk apa ada pemerintah, jika infrastruktur dasar saja harus ditangani warga secara mandiri?
Penulis: Alim